follower

Kamis, 31 Desember 2015

Resensi Buku: Sejarah Penemuan

Sejarah Penemuan

Pendahuluan
Pemanggang roti, toilet, TV, mobil, cokelat batangan, pesawat terbang dan bahkan jeansmu, semua barang tersebut dan barang lainnya ada karena diciptakan.
Buku ini menyajikan berbagai kisah nyata dan momen penemuan ide-ide brilian mulai dari penemuan kuno, seperti roda, hingga alat-alat berteknologi tinggi dizaman modern. Sebuah penemuan yang sangat penting bagi kehidupan kita bola lampu, tanpa adanya bola lampu tentu seluruh kota bahakan negara akan menjadi gelap gulita, selain itu ada pula kamera dengan adanya kamera maka  kita bisa dengan mudah mengabadikan momen dimanapun kita berada.
Sejarah bola lampu,
Ilmuwan inggris, Humphry Davy, membuat lampu listrik pertama tahun 1801. Ia melewatkan listrik pada seutas platinum dan membuatnya berpijar. Namun ini tidak praktis, karena platinum bisa habis terbakar – padahal platinum sangat mahal. Tahun 1809, Davy menemukan lampu listrik lain, yaitu lampu busur, arus listrik berlompatan melewati celah, membuat udara panas dan berbau untuk digunakan di rumah. Selama bertahun – tahun, para penemu mencoba menghadirkan lampu listrik ukuran kecil dan tahan lama. Banyak yang bilang bahwa bola lampu, pertama kali ditemukan oleh penemu jerman, Heinrich Gobel, tahun1854, namun, lampu tidak pernah dikembangkan untuk pemakaian sehari – hari. Di akhir cerita, dua penemu dari dua sisi Atlantik yang bersebrang saling bersaing memperlihatkan bola lampunya kepada masyarakat.

Sejarah kamera
Kamera pertama adalah “kamera obacura”, dari Bahasa Latin yang berarti “kamar gelap”. Kamar gelap adalah ruang gelap dengan lubang sangat kecil pada salah satu dindingnya agar cahaya dapat masuk. Ilmuwan dan penemu Arab, Alhazen, membuat “kamera obscura” pertama sekitar tahun 1020 hampir 1000 tahun yang lalu. Dari tahun 1500-an, banyak seniman menggunakan kotak “kamera obscurs” kecil untuk membantu membuat sketsa dengan akurat. Kotak itu mengumpulkan gambar dari luar dan memfokuskannya pada layar kaca. Sehingga dapat dijiplak atau ditiru. Meskipun seniman itu dapat menirunya, mereka tidak dapat mempertahankan gambar atau mencetaknya pada kertas. Gambar itu terbuat dari cahaya dan hanya ada di didalam kamera.
Identitas Buku
Judul                            : Sejarah Penemuan
Pengarang                    : Anna Claybourne & Adam Larkum
Penerbit                       : PT.PENERBIT ERLANGGA
Tempat Terbit              : Jakarta
Tahun Terbit                : 2008
Cetakan Pertama          : Agustus, 2008
Ukuran                                    : 24x18cm
Jumlah Halaman          : 96
ISBN(13) 978-979-033-870-8
Harga                           : Rp.60.000

Gambaran isi buku
Judul                            : Sejarah Penemuan
Bidang                         : Sejarah Pada Penemuan Benda Sehari-Hari
Tema                           : Sejarah Penemuan
Isi Pokok                     : Sejarah-sejarah penemuan dari berbagai peralatan pada zaman sekarang, dari roda, hingga pesawat, dan awal mula sang penemu mendapatkan ide untuk menciptakan penemuannya serta perkembangan alat tersebut dari masa ke masa.

Tujuan dari pembuatan buku ini adalah untuk merangkum semua  penemeuan yang begitu banyak, sehingga memudahkan para pembaca untuk mendapatkan pengetahuan mengenai penemu. Penulis banyak mendapatkan refrensi dari berbagai buku serupa dan website-website yang menyediakan informasi mengenai para penemu.

Buku ini merupakan buku terjemahan dari buku berjudul “The Story of Inventions” tebitan dari Usborne yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2007, dan kemudian diterjemahkan oleh PT.Penerbit Erlangga pada tahun 2008. Gaya penyampaian dalam buku ini sangat menarik dan cocok dibaca oleh anak-anak maupun dewasa, dengan gambar-gambar yang memperkuat tulisan dan membuat pembaca bisa mengetahui bentuk awal dari penemuan tersebut.

Isi buku:
·         Tujuan ditulisnya buku ini adalah untuk merangkum dan memudahkan para pembaca untuk mengetahui mengenai penmuan-penemuan dan juga siapa penemunya.

·         Sasaran pembaca untuk buku ini adalah anak-anak dan remaja karena buku ini mengandung banyak gambar yang akan menarik anak-anak untuk membacanya, namun hal itu tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang sudah dewasa untuk membacanya dikarenakan isi pada buku ini mencakup semua kalangan sehingga membuat mereka mengetahui bagaimana sang penemu bisa menciptakan alat temuannya tersebut.

·         Tema pada buku ini mampu menarik untuk semua kalangan, bahasanya yang mudah dipahami semua lapisan masyarakat, membuat buku ini menjadi buku yang universal dan bisa dibaca semua umur, mulai dari anak-anak yang baru menginjak bangku sekolah dasar hingga para lansia. Buku ini bisa dianggap sebagai buku sejarah karena pembahasannya, selain itu dengan membaca buku ini kita bisa menambah wawasan terhadap benda disekitar kita, dari kapan itu ditemukan dan siapa penemunya.

·         Data-data dalam buku ini bisa dikatakan akurat dikarenakan penulis mengambil data dari berbagai sumber pada internet, dan hal tersebut bukanlah bualan belaka karena kita dapat merasakannya sekarang pada zaman sekarang, apakah cermin itu tidak ada? Tentu cermin ada dan telah ditemukan berabad-abad yang lalu, itu mengapa buku ini merupakan buku yang kongkrit dan tidak mengada-ada.

·         Informasi dalam buku ini cukup lengkap namun, tidak semua penemuan disajikan oleh buku ini.

·         Kekurangan dari buku ini adalah dari sisi penemuan yang masih kurang lengkap atau masih terlalu sedikit dibandingkan dengan peralatan yang ada disekitar kita saat ini, tapi dibalik itu semua buku ini cukup member kita wawasan yang banyak.

·         Hal yang baru dalam buku ini adalah pembahasan mengenai sejarah yang lebih menyenangkan sehingga pembaca tidak bosan membacanya dikarenakan buku ini juga dilengkapi gambar berwarna yang juga sangat cocok dibaca oleh anak – anak.

Penyajian:

·         Isi buku disajikan dengan logis

·         Penulisan paragraph pada buku ini menggunakan teknik deskripsi, narasi, eksposisi, semua itu tergantung pada persoalan apa yang sedang dibahas, sebagai contoh misalnya dalam pernyataan “Pengisap debu Booth menuai sukses sehingga perusahaan lain pun mulai membuatnya. Beberapa penemmu, membuat desain pengisap debu lebih kecil. Seorang penjaga rumah asal Amerika, James Spangler, berhasil menyempurnakannya. Ia sangat membenci debu karena membuatnya batuk, sehingga pada tahun 1907 ia membuat mesin penghisap debu sendiri. Penghisap debunya terdiri atas kipas angin listrik, peti kayu, gagang sapu, dan sarung bantal. Spangler menjual desainnya kepada suami keponakannya, William Hoover. Mereka berdua memasuki bisnis penghisap debu. Desain sederhana dan ringan ini membuat mereka sukses besar, dan perusahaan hoover® menjual jutaan penghisap debu. Di beberapa negara, penghisap debu itu akhirnya dikenal sebagaai “hoover””.

·         Deskripsi yang digunakan jelas dan masuk akal, disini saya kutip paragraph yang saya anggap sesuai dengan permasalahan yang ada pada gambaran isi buku, berikut deskripsinya:

“Alat penghisap debu menggunakan tabung vakum – ruang hampa udara – untuk menghasilkan gaya hisap, menarik debu dan kotoran. Ide ini muncul tahun 1860, ketika seorang penemu AS Daniel Hess, mendesai sapu karpet dengan penghembus udara dibagian atas yang dapat terangkat untuk menghasilkan kondisi vakum. Pada tahun 1869. Penemu AS lainnya, Ives McGaffey, menemukan pembersih “Whirlwind” (angin berputar) yang dioperasikan dengan tangan dan menggunakan kipas untuk menghisap debu. Sayangnya, dua versi awal alat penghisap debu ini gagal diluncurkan.”
Gehydkugliiwra,grirpior uit arasi yang digunakan meberikan informasi terntang setiap kejadian peristiwa penemuan secara kronologis, dan ini adalah contoh dari narasi:

“Sebelum ada alat penghisap debu, ada dua cara membersihkan karpet, menggunakan sapu atau memukulnya dengan tongkat. Keduanya menghasilkan debu yang mengganggu pernafasan.”

·         Penggunaan eksposisi memberikan informasi yang rinci, jelas, objektif, dan juga lengkap. Berikut saya  berikan kutipan pargraph eksposisi:

“Alat rekam gramofon datar mendominasi industri rekaman abad ke 20. Piringan (disc) Berliner telah melahirkan istilah “disc jockey” (atau DJ) dan “disco”. Perekam berbentukn piringan bergalur masih tetap digunakan hingga sekarang – terutama untuk scratching (menggores) dan mixing (mencapur). Namun, mulai bermunculan penemuan alat perekam suara yang baru
-        Tahun 1928
Pfleumer, menemukan cara sederhana merekam suara kedalam pita yang dibungkus partikel magnet.

-        Tahun 1965
Penemu AS. James Russell, menemukan CD (Compact Disc). CD dapat merekam suara dalam bentuk rangkaian pori – pori yang dibaca oleh sorotan cahaya.

-        Sekarang suara juga dapat direkam langsung ke memori dan disimpan dalam MP3 player.

·         Pada buku ini hanya berbentuk ilustrasi, meski dilengkapi dengan fakta-fakta yang kongkrit. Ilustrasi – ilustrasi diperjelas pula dengan visualisasi gambar – gambar yang menarik, sehingga para pembaca tidak bosan dalam membaca bukut tersebut, buku ini hanya memberikan ringkasan jelas dalam kejadian proses pembuatan sebuah penemuan. Pada beberapa halaman sebelum akhir terdapat skala waktu penemuan, menurut saya itu sangat berhubungan dengan isi pembahasan yang terdapat dalam buku.

·         Latar belakang penulis dalam penyajian buku ini tidak memiliki hubungan sama sekali dengan para tokoh didalam buku karena penulis hanya mencari informasi dari situs – situs yang sudah terpercaya memberikan informasi mengenai sejarah penemuan.

·         Buku ini dapat dibilang bisa memberikan motivasi kepada pembaca untuk membuat sebuah penemuan, akan tetapi rasa termotivasi itu kembali lagi kepada sifat – sifat dari setiap pembaca, apakah dia memang ingin membuat sebuah penemuan atau dia hanya penasaran dan hanya iseng membaca buku ini. jika pembaca memiliki kemampuan lebih maka buku ini akan memiliki nilai motivasi yang sangat tinggi akan tetapi jika pembaca tidak memiliki skill/kemampuan lebih maka dirinya tidak akan termotivasi dengan apa yang disajikan buku ini.

·         Kepustakaan yang dipergunakan sangatlah terpercaya dan relevan, karena memuat uraian yang sangat jelas dengan hubungan dari penelitian terhadap sejarah penemuan yang terjadi pada masa lampau,

·         Tidak ada indeks dalam buku ini, tetapi ada daftar istilah sehingga membuat pembaca lebih memahami istilah yang ada dalam buku, sehingga pembaca tidak kebingungan untuk lebih mengerti dengan makna yang terkandung dalam buku.

Bahasa

·         Buku ini sudah menggunakan bahasa yang baik dan benar begitu juga dengan unsure kalimatnya, penggunaan tanda baca pun sudah sangat baik, penggunaan kata juga sudah sesuai dengan porsinya, tidak ada kata yang berulang atau pemborosan kata, sehingga buku ini dapat dijadikan bahan bacaan yang baik dan benar.

·         Masing – masing paragraph memiliki gagasan pokok serta diberikan kalimat  pendukung, sehingga sekalipun kita sudah merasa bosan membaca atau sudah lelah membaca kita sudah mengambil maksud setelah membaca gagasan pokok dari paragraph sehingga kita sudah menangkap maksud dari paragraph tersebut.

·         Pemilihan kata, panjang, dan susunan kata sudah sesuai kepada sasaran pembaca dan kemampuan dari sasaran pembaca, meskipun ini merupakan sejarah tetapi tidak akan membuat bosan bagi pembaca awam, karena buku ini memang buku yang ditujukan untuk menambah wawasan semua kalangan pembaca mulai dari anak sekolah dasar hingga para lansia untuk menambah wawasan.

Evaluasi

·         Tema buku ini menarik, karena buku ini mengangkat tema penemuan – penemuan, bagi mereka yang penasaran dengan membaca judul buku maka akan tertarik untuk membaca buku ini, karena buku semacam ini sangat jarang ditemukan, buku yang mengangkat tema sejarah penemuan.

·         Dengan banyaknya informasi yang diringkas mengenai penemuan dalam buku ini akan membuat pembaca termotivasi untuk melakukan sebuah penemuan baru.

·         Keunggulan :

-        Isi buku menceritakan beberapa penemuan yang sangat detail, mulai dari penemuan roda hingga telepon genggam, sehingga menambah wawasan kepada para pembaca.

-        Penyajian juga disajikan dengan detail dan  kongkrit, semua dibahas / disajikan secara lugas dan sesuai dengan fakta – fakta yang ada dengan ditambah bukti nyata dari barang yang diciptakan tersebut, sehingga tidak diragukan lagi jika hal dalam buku memang benar – benar terjadi di masa lalu, yang membuat kita sebagai pembaca menjadi benar – benar percaya.

-        Untuk bahasa, dilihat dari segi hobi, bahasa yang digunakan pada buku ini sangat cocok bagi mereka yang hobi untuk mengetahui sejarah yang terjadi saat penemuan ini diciptakan.

·         Kelemahan

-        Isi dalam buku kurang menarik bagi mereka yang menginginkan pembahasan yang serius karena buku ini berisi sangat banyak gambar.

-        Dalam penyajian sudah baik.

-        Untuk bahasa, dari segi analisa, buku ini hanya menyajikan kejadian masa lalu yang semuanya bisa ditemukan pada internet.

Kesimpulan

Dalam buku ini membahas beberapa penemuan peralatan yang ada disekitar kita, sehingga memunculkan rasa penasaran kepada para pembaca untuk membaca buku ini. Setiap pembahasan yang ada dalam buku ini disajikan dengan sebuah ilustrasi bergambar, sehingga memudahkan pembaca lebih memahami bentuk awal dari penemuan tersebut.

Jika kita cermat akan ada penemu yang menciptakan lebih dari satu  penemuan yaitu Thomas A. Edison. Thomas Edison menciptakan bola lampu dan juga fonograf. Berikut adalah kisah penemuan bola lampu dari Thomas Edison: “Pada tahun1850 Joseph Swan membuat desain bola lampu dengan menggunakan benang filament terkarbonasi dalam bola lampu hampa udara. Namun, ia perlu bertahun-tahununtuk mendapatkan kondisi hampa udara yang pas dalam lampu. Akhirnya pada tahun 1878, Swan mematenkan bola lampunya dan mendemonstrasikannya kepada masyarakat. Namun pada tahun yang sama Thomas Edison, membuat bola lampu dengan desain yang sama dengan Swan, dan mematenkannya di Amerika pada tahun 1879. Pada tahun 1830, Edison melengkapi kapal uap, “Columbia” dengan lampu listrik, dan tahun 1881, ia mulai menyuplai lampu kebangunan di New York, Di Inggris, Swan membawa lampu listrik ke kantor parlemen di London pada tahun 1881, dan British Museum pada tahun1882. Pada awalnya, Edison dan Swan berdebat siapa yang menemukan bola lampu. Namun pada tahun 1882, mereka membangun usaha bersama, dan membentuk Edison & Swan United Company, yang membuat dan menjual dan bola lampu.” Pada tahun1877 Thomas Edison menciptakan fonograf.

Claybourne, Anna, & Larkum, Adam,  2008.Sejarah Penemuan. Jakarta: PT Penerbit Erlangga


Resensi Buku Inilah Dahhlan Itulah Dahlan

RESENSI BUKU :
“INILAH DAHLAN ITULAH DAHLAN”




Pendahuluan
Buku Inilah Dahlan Itulah Dahlan merupakan buku yang dilatarbelakangi oleh kebutuhan aspirasi masyarakat dalam menyumbangkan pemikirannya mengenai sosok Dahlan Iskan. Dahlan Iskan berharap buku ini dapat menjadi media yang menampung tulisan-tulisan masyarakat yang tidak mungkin dipublikasikan oleh media koran, khususnya yang tidak dapat dipublikasikan di Jawa Pos. Hal ini disebabkan karena adanya kode etik yang mengatur publikasi. Untuk menjaga independensi Jawa Pos sebagai media pemberitaan, Jawa Pos memiliki kebijakan untuk menjaga jarak, untuk tidak terlalu dekat terhadap siapapun, termasuk pada Dahlan Iskan yang notabene mantan pemilik Jawa Pos.
Dalam buku “Inilah Dahlan Itulah Dahlan” banyak pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Setidaknya terdapat 31 penulis atau narasumber yang ikut terlibat yaitu Abdillah Toha (anggota DPR periode 2004-2009), Ahmad Jauhari (wakil pimpinan umum Bisnis Indonesia), Amalia E. Maulana (pakar branding), Amang Mawardi (wartawan senior dan mantan GM tabloid Jawa Anyer), Arief Budisusilo (pemimpin redaksi Bisnis Indonesia), Ary Ginanjar Agustian (pendiri ESQ Leadership Center), Denny Indrayana (staf khusus presiden Bidang Hukum dan Pembrantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), Desmon Silitonga (analis di PT Millenium Danatama Asset Management), Dewa Gde Satrya (aktif menulis tentang pariwisata di berbagai media massa Jawa Pos dan Bali Pos), Djoko Pitono (jurnalis dan editor buku), Efnu Subiyanto (karyawan bidang logistic Semen Gresik), Errol Jonathans (CEO Suara Surabaya Media), Hasibullah Sastrawati (alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Analisisnya yang tajam sering muncul di Jawa Pos dan Media Indonesia), J. Sumardijanta (penulis aktif di Jawa Pos), Karim Raslan (penulis terkemuka asal Malaysia), Linda Djalil (wartawan majalah Tempo dan Gatra), Lukito Edi Nugroho (Dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada), Mahfud M.D (mantan anggota DPR RI), Muhadjir Effendi (Rektor Universitas Muhammadiyah Malang), Owen Podger (Governance Adviser asal Australia), Reza Indra Giri Amriel (konsultan reformasi yudisial di UNODC), Rhenald Kasali (pakar manajemen terkemuka di Indonesia), Rosdiansyah (alumnus ISS Belanda), Saifullah Yusuf (tokoh muda dari kalangan NU), dan Sirikit Syah (mantan wartawan Surabaya Pos).
      Buku “Inilah Dahlan, Itulah Dahlan” disusun oleh Taufik Lamade dan Rohman Budijanto. Taufik Lamade merupakan editor senior Jawa Pos. Dia pernah menjadi redaktur pelaksana dan kini menjabat ketua dewan redaksi Jawa Pos Radar. Sedangkan Rohman Budijanto merupakan mantan Pimpinan Redaksi Jawa Pos. Selain sebagai editor senior, dia juga menjabat sebagai direktur eksekutif JPIP (Jawa Pos Institute of Pro Otonomi).



Identitas Buku
Judul buku             : Inilah Dahlan Itulah Dahlan
Penyusun               : Taufik Lamade dan Rohman Budijanto
ISBN                    : 978-602-9498-88-2
Penerbit                 : Noura Books (PT Mizan Publika)
Tahun Terbit`         : 2012
Cetakan                : 1
Ukuran Buku         : 14 x 21 cm
Tebal Buku            : 250 halaman



Gambaran Isi Buku
Judul                     : Inilah Dahlan Itulah Dahlan
Bidang                  : Biografi tokoh
Tema                    : Penilaian mengenai sosok Dahlan Iskan
Isi Pokok              : Penilaian mengenai sosok Dahlan Iskan dari berbagai sudut pandang orang-orang yang berada disekitarnya.



Sinopsis

        Dengan terpilihnya Dahlan Iskan sebagai menteri BUMN, Amalia E. Maulana mengatakan bahwa Dahlan menjanjikan sesuatu yang kritikal, yaitu perubahan. Dahlan menyatakan dirinya mengubah gaya dari gaya menteri menjadi gaya pemimpin perusahaan, seorang chairman atau chief executive officer (CEO), bukan lagi birokrat. Perubahan selanjutnya adalah perubahan gaya komunikasi dan transparansi. Hal lain yang dapat diamati dari menteri BUMN ini adalah caranya masuk dan menggali persoalan dengan lebih seksama. Deteksi persoalan dilakukan melalui proses check, recheck, dan double check. Dahlan tidak membahas persoalan di bagian permukaan lagi, tetapi dia mengangkat masalah yang mendasar, akar permasalahan dari kekarut-marutan di BUMN.
        Menurut Abdillah Toha, Dahlan Iskan hadir memecah kebekuan manajemen pemerintahan yang dianggap kaku serta lamban. Gaya proaktif dan provokatif Dahlan memang fenomenal. Langgam kepemimpinannya bersifat menggerakkan. Dahlan juga dipandang memiliki gaya kepemimpinan yang tegas, tetapi luwes. Sosok Dahlan bertindak penuh antusias, bergairah untuk maju, dan induktif. Dahlan menyelami segala persoalan dari bawah dan langsung dipecahkan ditempat saat itu juga. Abdillah juga beranggapan apapun yang dilakukan oleh Dahlan selama ini bukanlah suatu pencitraan semata. Dahlan tampil apa adanya, tanpa basa basi dan tanpa beban. Dibenaknya hanya ada satu kata : bekerja. Dia tidak suka pada teori-teori atau berteori. Setiap langkah dan gerakannya cepat. Fokusnya adalah solusi serta tantangan ke depan. Dahlan juga bekerja tanpa orientasi materi. Baginya bekerja adalah ekspresi rasa syukur. Dahlan juga menganggap bahwa jabatan bersifat profen (duniawi), tidak pantas dipuja atau didewakan. Jabatan bukanlah segalanya bagi Dahlan. Terakhir, Dahlan mencoba menggunakan pendekatan corporate untuk membangun Indonesia. Bagi Dahlan ada dua pilar yang dapat digunakan untuk membangun Indonesia ke depan, yaitu birokrasi dan korporasi. Karakter birokrasi Indonesia saat ini masih terlihat lamban da kaku. Untuk itu menurutnya korporasi dapat menjadi pelengkap bagi proses pembangunan Indonesia. Korporasi mutlak harus bersifat professional dan rasional. Tentu saja tidak semua pihak menyukai dan menyetujui gaya manajemen Dahlan. Ada yang mengatakan gaya Dahlan itu norak dan mengabaikan hierarki manajemen. Negara tidak dapat dikelola dengan instring belaka. Harus ada pertimbangan hati-hati dan mendalam sebelum keputusan diambil. Mereka yang tidak menyukai Dahlan mungkin berharap bahwa Dahlaan akan gagal.
        Sedangkan menurut Ahmad Jauhari,  sepak terjang Dahlan Iskan mengingatkannya pada sepak terjang Jusuf Kalla yang ketika itu menjabat sebagai Wakil Presiden dari Susilo Bambang Yudhoyono. Banyak inisiatif yang dilakukan, berani mengambil terobosan untuk mengatasi kebuntuan dan selalu memiliki alasan yang kuat dan tidak terbantahkan. Namun keduanya sama-sama memiliki kelemahan, yaitu menganggap aturan yang ada terlalu membatasi gerak cepat yang mereka lakukan. Oleh karena itu, mereka sering berupaya untuk “menantang” ketentuan yang berlaku sebagai suatu belenggu. Bukan hanya jalan told an PLN, banyak kebijakan Dahlan Iskan lainnya yaitu keputusan untuk menempatkan orang-orang professional di BUMN dengan membebaskan mereka untuk berani mengambil keputusan bisnis.
Menurut Arief Budisusilo, sosok Dahlan Iskan merupakan sosok yang spontan, to the point, dan pragmatis. Dahlan tidak perllu basa basi dan tidak terlalu berprotokol, apalagi meliat SOP atau posedur baku. Yang terpenting, semua tindakan konsisten pada tujuan. Tindakan mantan Direktur Utama PLN itu mencerminkan pribadi yang mementingkan hasil atau result oriented. Hal ini tercermin saat kekesalan Dahlan Iskan memuncak karena gerbang tol macet hingga antrian 30 mobil. Dahlan kesal karena telah berkali-kali mengingatkan manajemen PT Jasa Marga untuk memperbaiki layanan, namun belum ada perubahan yang signifikan. Dahlan meminta kepada Jasa Marga agar antrean masuk tol tidak lebih dari lima mobil saja. Menurut filosofi sederhananya : pelayanan harus baik, apalagi kepada orang yang mau membayar. Jika dibalik, kepada orang yang mau bayar saja pelayanan tidak baik, apalagi yang dapat diharapkan untuk dapat melayani dengan baik masyarakat kecil dan miskin yang tidak punya uangg? Begitulah kira-kira. Namun, bagaikan kepingan mata logam, ada pihak yang menyukai gaya kepemimpinan yang dilakukan Dahlan namun ada juga yang tidak menyukainya. Alasan mereka yang tidak menyukai gaya kepemimpinan Dahlan yaitu karena Dahlan dianggap grusa-grusu­ dan bersikap spekulatif atas tindakan yang dilakukannya.
        Menurut tulisan Ary Ginanjar Agustian, Dahla Iskan merupakan sosok yang rendah hati. Hal ini terbukti saat Ary memanggil Dahlan Iskan dengan sebutan “Pak Menteri”, Dahlan langsung menukas dengan “Nama saya Dahlan Iskan, jangan panggil daya menteri!”. Perjalanan ke suatu tempat dilakukan tanpa pengawalan.Bahkan, Dahlan Iskan tidak mau menggunakan fasilitas voorijder (pembuka jalan). Dalam perjalanan ke luar kota tersebut, rombongan kami bahkan sempat diminta minggir, mengalah. Ketika acara dimulai bersama jajaran Dirut BUMN, seperti pada umumnya pembawa acara (MC) membuka acara dengan sambutan pendahuluan yang penuh basa-basi. Dahlan langsung memotong, “Sudah, langsung saja apda inti pembicaraan!”. Menurut stafnya, Dahlan Iskan tidak pernah memfungsikan bel di meja kerjanya untuk memanggil sekertaris. Dia antarkan sendiri surat-surat yang ditandatangani langsung ke meja sekertarisnya. Cara komunikasi terus terang, apa adanya, egaliter, dan sangat membuka jalur komunikasi tentu saja sangat efisien dan cepat serta memudahkan dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Gaya berpakaian Dahlan pun sangat bersahaja, simple dan efisien. Dalam acara resmi sekalipun, dia tidak mengggunakan dasi dan jas mahal, cukup kemeja dengan sepatu ketsnya yang membuatnya gesit bergerak. Apa yang Ary Ginandjar tangkap dan tercermin dari sikap Dahlan Iskan adalah sebuah pesan tanpa pidato untuk mengikis birokrasi yang mengungkung, kekakuan yang membeku, dan jalur komunikasi yang tersumbat, yang sesungguhnya merupakan bagian dari tiga unsure entropi yang melanda negeri ini. Sebuah pesan dibalik sepatu kets dan kemeja putih. Semua itu bukanlah tontonan unik, tetapi sebuah pesan untuk jajaran BUMN dan bahkan Negara ini yang sudah lelah dengan entropi budaya.
        Bagi Denny Indrayana, apa yang dilakukan oleh Dahlan Iskan adalah kerja keras berkualitas yang berpijak pada integritas moralitas. Hal yang sama diperlukan dalam penegakan hukum. Tidak cukup bermodal intelektualitas, terobosan hukum progresif harus juga berpijak pada integritas moral. Itulah modal perjuangan yang melawan mafia hukum, mafia pajak, mafia korupsi, dan mafia narkoba (tugas yang selama ini coba dijalankan untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik). Dengan demikian, berbagai fitnah tidak akan pernah menyurutkan langkah untuk terus menciptakan Indonesia yang lebih bersih dari mafia.
Menurut Desmon Silitonga, agar daya saing BUMN Indonesia semakin meningkat dan dapat bersaing dengan BUMN asing, selain melalui aksi-aksi korporasi kementerian BUMN tersebut sejumlah hambatan yang ada di depan mata juga harus segera dibereskan. Pertama, meminimalkan dampak intervensi politik sehingga keuangan BUMN tidak dijadikan sapi perah oleh politikus. Inilah salah satu gebrakan yang dijalankan Dahlan Iskan agar BUMN bersih dari intervensi politik. Kedua, merevisi UU BUMN agar kementerian BUMN memiliki fleksibilitas dan fokus dalam menjalankan sejumlah aksi korporasi dan reformasi di tubuh BUMN. Ketiga, membuat formulasi kebijakan dividen yang lebih rasional sehingga kebijakan dividen dapat mendukung pertumbuhan dan aksi korporasi BUMN, khususnya di sektor pertambangan dan perbankan yang membutuhkan permodalan yang kuat.
        Menurut Dewa Gde Satrya, Dahlan Iskan merupakan sosok pemerintahan entrepreneurial. Dengan kemeja khas lengan panjang putih dan sepatu kets, dia memang fenomenal. Apalagi sejak kepemimpinannya di PLN diapresiasi presiden dan banyak kalangan masyarakat. Lebih-lebih beliau menghadirkan figure pemerintah (pelayan publik) yang ramah, professional dan merakyat. Dia juga memiliki ide-ide kreatifyang mungkin “menerabas” bagi mayoritas birokrat di tanah air.
Menurut pandangan Hasibullah Sastrawati, Ibu Sri Mulyani dan Dahlan Iskan mempunyai persamaan yang sangat mirip, yaitu sama-sama menteri yang dianggap bersih, sama-sama menjadi korban manuver politisi Senayan, dan sama-sama dianggap pantas untuk menjadi presiden ke depan. Kini Dahlan Iskan juga dikenal sebagai sosok yang bersih dan pekerja keras menghadapi manuver politik yang kurang lebih sama dari politisi Senayan. Sebagaimana yang pernah dialami Ibu Sri Mulyani, Dahlan Iskan tidak menutup kemungkinan akan menjadi tumbal berikutnya dari permainan politik haditsul ifki (berita bohong). Dahlan Iskan sejauh ini telah menampakkan pola kepemimpinan yang relevan dan konstektual dengan akutnya persoalan-persoalan yang ada. Sejatinya semua pihak mendukung sosok pekerja keras, bersih dan tulus seperti Dahlan Iskan, terutama dalam menghadapi permainan politik haditsul ifki. Jika tidak, bukan tidak mungkin Dahlan Iskan akan “dikubur” ditengah jalan demi kepentingan-kepentingan politik yang bersifat pragmatis.
        Muhadjir Effendi menjelaskan, sosok Dahlan Iskan adalah sosok yang cerdas dan memiliki naluri untuk mau bekerja keras. Dia mencari dan menulis berita sendiri, dicetak (distensil) sendiri, kemudian diedarkan sendiri. Dia biasa menulis tanpa draf dan tanpa diedit. Diusianya yang sudah berkepala enam, sekarang ini Pak Dahlan seperti terlahir kembali. Dia menjadi semakin agamis dan altruis. Dia juga mengalami proses dekonstruksi diri : dari seorang wartawan yang biasa memburu pejabat menjadi pejabat yang diburu wartawan, dari news writer menjadi news maker, dari seorang pekerja media massa menjadi salah seorang yang mengendalikan media massa terbesar di Indonesia, dengan 180 lebih jaringan penerbitan dan puluhan media televisi. Sebagai pejabat Negara, dia harus beradaptasi diri dengan kultur birokrasi yang membuat dirinya mau tidak mau harus meninggalkan, setidaknya mengurangi gaya penampilan yang anything goes, yang selama ini dinikmatinya.
        Sirikit Syah menceritakan bagaimana seorang Dahlan Iskan mampu menyelamatkan Koran Jawa Pos. Dahlan Iskan merupakan insane pers yang gigih, jujur, arif dan bertanggung jawab. Dahlan memulai karier jurnalistik dari sebuah majalah kecil di Samarinda, kemudian magang di majalah Tempo yang berada di Jakarta. Kemudian Dahlan dipindah ke Jawa Pos, koran kecil dengan Sumber Daya Manusia dan capital yang sangat minim. Saat itu Koran Jawa Pos masih dikategorikan sebagai koran kecil karena hanya mencetak 6.000 ekslempar saja ketika para kompetitornya sudah mencetak lebih dari 100.000 ekslempar. Dahlan lah yang memimpin dan mengelola Jawa Pos bahkan ketika Jawa Pos mengalami kesulitan dan terancam gulung tikar. Dahlan mencoba memutar otak dan mencari jalan keluar atas masalah yang membelenggu Jawa Pos. Dia mencoba mengumpulkan istri para karyawan dan memberdayakan mereka. Istri-istri karyawan Jawa Pos-termasuk istrinya, diajak agar menjadi agen pemasaran. Strategi Dahlan ini tentu mendapat protes dari para istri, namun Dahlan memberikan penjelasan dari berbagai sudut pandang agar strategi dan idenya dapat diterima oleh semua pihak. Berkat kegigihan Dahlan dan kerejasama yang baik antar istri karyawan, pada masa itu Jawa Pos dapat menandingi koran sekelas Surabaya Pos yang saat itu merupakan koran yang paling banyak mencetak berita. Dengan tertandingnya Surabaya Pos, Dahlan disebut-sebut sebagai orang yang menyebabkan runtuhnya Surabaya Pos. Padahal menurut Sirikit, bukan Dahlan yang meruntuhkan Surabaya Pos. Tapi awak Surabaya Pos lah yang menganggap remeh kompetitor. Melalui Jawa Pos, Dahlan Iskan mampu membangun konglomerasi media terbesar di Indonesia.



Isi Buku
Isi buku secara keseluruhan memberikan gambaran mengenai sosok Dahlan Iskan dari berbagai sudut pandang. Selain itu, berbagai hal penting dalam buku ini yaitu mengenai kekaguman, harapan dan saran yang mengenai Dahlan Iskan, yang diharapkan mampu membawa perubahan dalam pemerintahan Indonesia. Beberapa poin penting tersebut yaitu adalah :
  1. Kekaguman atas keputusan Dahlan Iskan untuk menempatkan orang-orang professional di BUMN dan   membebaskan mereka untuk berani mengambil keputusan bisnis.
  2. Atas beberapa tindakan yang sudah dilakukan oleh Dahlan Iskan, beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggalang dukungan untuk meloloskan penggunaan hak interpelasi terhadap Menteri BUMN Dahlan Iskan. 
  3. Terobosan kepemimpinan Dahlan Iskan terbukti secara perlahan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada.  Persoalan listrik tampak mengalami perbaikan dan pembenahan adalah salah satu bukti nyata dari efektivitass kepemimpinan ala Dahlan Iskan. 
  4. Terdapat empat pelajaran penting dan sangat bermanfaat untuk pengemabangan diri dari sosok Dahlan Iskan. Pertama, pelajaran tentang antusiasme. Kedua, pelajaran tentang cara menyederhanakan masalah. Ketiga, Dahlan Iskan hobi mendengarkan pendapat orang lain. Keempat, pelajaran tentang transformasi semangat.
  5. Dahlan tidak suka pada teori-teori atau berteori. Setiap langkah dan gerakannya cepat. Fokusnya adalah solusi serta tantangan ke depan. Semua pihak, termasuk bawahan yang terkait dengan persoalan diajak berpikir dan bertindak solusi-kreatif. Dialog terbuka dan terjun langsung merupakan metode andalannya. 
  6. Tidak semua pihak menyukai dan menyetujui gaya manajemen Dahlan. Ada yang mengatakan gaya Dahlan itu norak dan mengabaikan hierarki manajemen. Negara tidak dapat dikelola dengan insting balaka. Harus ada pertimbangan hati-hati dan mendalam sebelum keputusan diambil. Mereka yang tertabrak aksi-aksi Dahlan mungkin saja berharap Dahlan gagal.
7.      Prinsip Dahlan, jika Anda ingin mengubah sesuatu, Anda harus siap menghadapi penentang. Orang-orang yang merasa terganggu karena perubahan itu perubahan itu disebabkan mereka kurang kompeten, tidak ingin berubah, mempunyai kepentingan pribadi yang ingin dilindungi, atau mereka ingin mengintervensi sesuatu tanpa perlu bertanggung jawab.
8.      Dahlan adalah orang yang cepat dan tegas dalam memutuskan. Banyak diantara kita yang dalam memutuskan sesuatu sering dihadapkan pada keraguan. Keraguan tersebut muncul, utamanya, karena kita takut salah. Memang resiko kesalahan itu selalu ada dan itu akan membawa efek negatif. Namun, menunda keputusan juga pasti punya efek negative. Dan Pak Dis lebih mengambil keputusan yang cepat.
9.      Sejak kepemimpianan Dahlan Iskan selaku direktur utama PLN, PLN sekarang berani dan sanggup menetapkan standar waktu maksimal bagi perbaikan listrik yang padam.
10.  Dahlan tidak perlu marah setiap hari kepada 141 manajemen BUMN. Selain tidak produktif kini bukan era yang kepemimpinan yang harus selalu marah, baru kemudian pekerjaan selesai. Manajemen cukup diberi indicator keberhasilan operasional, di review secarar berkala, lalu dilaporkan agar dapat memperbaiki yang kurang.
11.  Sejumlah masalah masih melilit BUMN, khususnya mengenai penerapan tata kelola (good governance). Masih banyak BUMN yang tidak dijalankan dengan visi dan prinsip-prinsip korporasi yang harus berorientasi profit dan dikelola dengan manajemen yang efisien, efektif, dan modern. Masih ada sejumlah BUMN yang mencatatkan kinerja keuangan yang merugi.
12.  Untuk menyelesaikan masalah BUMN. Dahlan Iskan memangkas waktu rapat hingga 50% seingga manajemen akan lebih fokus untuk bekerja.
13.  Saat menjadi manajer Persebaya, Dahlan juga sangat egaliter dengan menjunjung tinggi semangat kebersamaan dalam tim. Kendati memiliki kewenangan yang besar di Persebaya, Dahlan tidak serta merta bersikap arogan dan otoriter. Itulah yang memuat kepengurusan Persebaya kala itu sangat aspiratif. Bahkan dalam beberapa kali rapat, Dahlan tidak keberatan kalu idenya tidak terpakai jika kalah bagus dengan ide pengurus lain.
14.  Jika diibaratkan air, Dahlan bukan air biasa yang mengalir ke daratan yang lebih rendah. Dalam hal tertentu, dia mengalir ke atas, ibarat lidah ombak menyapa karang. Bagi dia, siang dan malam sama saja. Kerja dan kerja.
15.  Semangat hidup Dahlan itu dapat kita lihat saat dan sesudah “turun mesin” (ganti hati) guna menyambung nyawa di rumah sakit Di Yi Zhong Yi Yuan (First Centre Hospital) Tianjin, Cina. Sikap pantang menyerah Dahlan terekam dalam serial tulisannya yang dimuat di Jawa Pos yang kemudian dibukukan itu. Siapa pun, yang membaca catatan ingatan, perasaan, penyesalan, kelembutan, ketegaran, cinta, kekuatan, kerapuhan, kesadaran, dan kewirausahaan Dahlan Iskan, dijamin berlinang air mata. Air mata kegembiraan, perasaan syukur, dan kesedihan sekaligus.

E.     Penyajian Isi Buku
1.      Buku “Inilah Dahlan Itulah Dahlan” tidak disajikan dalam suatu karangan biografi runtun per-bab. Buku ini disusun berdasarkan tulisan beberapa penulis mengenai penilaian mereka tentang sosok Dahlan Iskan yang mereka kenal. Sehingga buku ini disajikan persatu tulisan penulis, dilanjutkan dengan penulis lain. Setidaknya, didalam buku ini terdapat 34 (tida puluh empat) tulisan mengenai sosok Dahlan Iskan. Tiga puluh empat tulisan itu adalah :
·         Dahlan Iskan : Independensi Media Lebih Besar daripada Saya
·         Taufik Lamade : Jawa Pos dan Pak Dahlan
·         Moh. Mahfud M.D : Dia itu Patut Dipanggil Dahlan Iskan Al Daakhil
·         Sirikit Syah :  Antara Jawa Pos dan Surabaya Pos
·         Muhadjir Effendi : Seperti menyaksikan Dahlan Muda
·         Rhenald Kasali : Leadership Style
·         Ahmad Djauhar : Dulu Kalla, Sekarang Iskan
·         Hasibullah Satrawi : Pelopor Kepemimpinan Konstektual
·         Suwarno : Barack Obama, Dahlan Iskan dan Mobil Listrik
·         Suwondo : Pelajaran dan Antusiasme
·         Abdillah Toha : Langkah Dahlan Iskan
·         Owen Podger : Howard Gardner dan Dahlan Iskan
·         Ary Ginandjar Agustian : Melawan Entropi Budaya
·         Linda Djalil : Menteri BUMN. Sepatu Kets, dan Air Mata
·         Lukito Edi Nugroho : Keputusan Penting Hitungan Menit
·         Rhenald Kasali : Lari Kencang Menteri Dahlan
·         Reza Indragiri Amriel : Balasan SMS yang Saya Kirim
·         Dewa Gde Satrya : Ngamuknya Pak Dahlan
·         Arief Budisusilo : Amuk Dahlan Iskan, Just Do It!
·         Effnu Subiyanto : Pesan dari Pintu Tol
·         Desmon Silitonga : Gebrakan Tata Kelola BUMN
·         Amalia E. Maulana : Persoalan di Bawah Karpet BUMN
·         Denny Indrayana : Dahlan Iskan Terobosan Hukum Moralitas
·         Sudjito : Hukum, Dahlan dan DPR
·         Soebodro : Terbiasa Terlelap di Mes Persebaya
·         Rosdiansyah : Dahlan dan Aktivis Mahasiswa
·         Saifullah Yusuf : Menulis yang Dikerjakan, Mengerjakan yang Ditulis
·         Errol Jonathans : Rahasia Dahlan Menulis Tanpa Henti
·         Sujiwo Tedjo : Wawancara Limbuk – Dahlan Iskan
·         Djoko Pitono : Saya kan Ingin Teman Saya Maju
·         Amang Mawardi : Rakyat!
·         J. Sumardijanta : Miskin Bertabat, Kaya Bermanfaat
·         Karim Raslan : Dahlan Iskan yang Saya Kenal
·         Zainal Arifin Emka : Apa Adanya Dahlan Iskan

2.      Dikarenakan buku ini merupakan tulisan dari beberapa penulis mengenai penilaian mereka tentang sosok Dahlan Iskan, maka sering terjadi pengulangan cerita atau pembahasan. Pembuktian atas pengulangan cerita atau pembahasan :
·         Pada tulisan Arief Budisusilo : Amuk Dahlan Iskan, Just Do It!
“Dahlan merasa kesal karena antrean pintu tol yang hendak dilaluinya begitu panjang, lebih dari 30 mobil. Kemudian, bos segala bos BUMN itu pun turun dari mobilnya, membuang kursi di ruangan yang tidak dijaga oleh petugas. Dia lantas mengizinkan mobil-mobil yang antre melewati dua pintu di gerbang tol Semanggi yang tidak dijaga petugas.” (Inilah Dahlan Itulah Dahlan : 2012 : 126)
·         Pada tulisan Effnu Subiyanto : Pesan dari Pintu Tol
“Menteri BUMN Dahlan Iskan benar-benar fenomenal, spontanitas dan apa adanya. Melihat pintu tol yang macet, dia spontan marah bahkan mengamuk. Dia langsung turun dari mobil, membuka pintu tol, lalu membiarkan mobil melintas dengan gratis untuk mengurai kemacetan. Kemarahan spontanitas itu terjadi karena dia berkali-kali memperingatkan PT Jasa Marga, pengelola tol, bekerja keras. Kalu bisa, cukup lima mobil yang mengantre di pintu tol. Jadi antrean tidak mengular hingga 30 mobil. Apalagi penyebabnya adalah petugas yang terlambat datang.” (Inilah Dahlan Itulah Dahlan : 2012 : 132)
3.      Pengembangan paragraf yang dilakukan menggunakan berbagai macam jenis paragraf. Seperti argumentasi, deskripsi, dan narasi.
·         Paragraf argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraph yang isinya meyakinkan pembaca sehingga pembaca menerima gagasan penulis. Pembuktian penggunaan paragraf argumentasi dalam buku “Inilah Dahlan Itulah Dahlan” yaitu sebagai berikut :
“Saya bersepakat dengan pernyataan dia (Dahlan Iskan) bahwa 80% persoalan di BUMN terjadi karena tidak kompaknya para direksi. Semua punya agenda sendiri, berpolitik, main backing dan mencari celah untuk menjadi direktur utama dengan menggulingkan pejabat lama. Tujuan perusahaan menjadi nomer sekian puluh. Ini adalah persoalan internal branding. Branding diangggap pekerjaan divisi pemasaran. Padahal, branding adalah bagian penting dari pekerjaan chairman. Brand adalah asset terbesar perusahaan yang harus dijaga dan dikelola. Persoalan dimulai dari chairman yang tidak mengerti apa arti branding yang sebenarnya. Internal branding masuk dalam kategori controllable factor yang lebih cepat dan mudah dicapai dalam tahap branding. Perusahaan lebih terrpancing untuk berfokus pada external branding yang bersifat uncontrollable, yang lebih sulit dikendalikan.” (Inilah Dahlan Itulah Dahlan : 2012 : 144-145)
·         Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang isinya menggambarkan suatu keadaan atau peristiwa dengan kata-kata sehingga para pembaca seolah-olah merasakan, melihat, mendengar dan mengalami langsung keadaan atau peristiwa tersebut. Pembuktian penggunaan paragraf deskripsi dalam buku “Inilah Dahlan Itulah Dahlan” yaitu sebagai berikut :
“Dia (Dahlan Iskan) hadir memecah kebekuan manajemen pemerintahan yang dianggap kaku serta lamban. Gaya proaktif dan provokatif Dahlan memang fenomenal. Langgam kepemimpinannya bersifat menggerakkan. Dahlan juga dipandang memiliki gaya kepemimpinan yang tegas, tetapi luwes. Sosok Dahlan bertindak penuh antusias, bergairah untuk maju, dan induktif. Dahlan menyelami segala persoalan dari bawah dan langsung dipecahkan ditempat saat itu pula. Dengan spirit antusiasme tersebut, Dahlan bertindak cepat. Dia berusaha memecahkan masalah secara utuh berbasis kepentingan publik. Dalam konteks inilah simpati masyarakat secara spontan kerap muncul. Pelbagai kebiasaan dan terobosannya yang khas, sejak menjaddi direktur utama PLN hingga kini menteri BUMN, sering menghiasi ruang publik.” (Inilah Dahlan Itulah Dahlan : 2012 : 73-74)
·         Paragraf narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang isinya menceritakan masalah atau suatu peristiwa, sehingga pembaca dapat terhibur atau terharu terhadap masalah atau peristiwa yang terjadi. Pembuktian penggunaan paragraf narasi dalam buku “Inilah Dahlan Itulah Dahlan” yaitu sebagai berikut:
“Dahlan Iskan bergerak terus. Sakitnya yang menahun, yang sempat sangat serius ditangani, nyatanya tidak menjadi penghalang bagi semangatnya yang senantiasa menggebu-gebu. Dia tidak malu-malu membeberkan dalam cerita bersambung di media, beberapa tahun lalu, tentang perjuangan melawan penyakitnya. Pria yang ulang tahunnya tiap tahun dimeriahkan saat berkibarnya bendera Merah Putih di seluruh negeri ini (lahir 17 Agustus 1951) adalah pemilik surat kabar raksasa Jawa Pos.” (Inilah Dahlan Itulah Dahlan : 2012 : 91)

4.      Dalam buku ini disajikan pula data-data yang relevan dan akurat. Data tersebut selain untuk memperkuat penyataan penulis, juga menambah wawasan bagi pembaca. Pembuktian penggunaan data akurat dan relevan buku “Inilah Dahlan Itulah Dahlan” yaitu sebagai berikut :
“Dengan total asset 2010 mencapai Rp. 2.500 triliun dengan pendapatan dan laba bersih masing-masing Rp. 1.124,33 triliun dan Rp. 95,30 triliun kontribusi BUMN sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi domestik belum terlalu maksimal. Hal ini dapat dilihat dari minimnya kontribusi deviden terhadap keuangan Negara yang hanya berkisar Rp. 26-30 triliun. Dengan asset yang besar dan menguasai berbagai sektor ekonomi, peran BUMN dalam penyerapan tenaga kerja juga belum terlalu maksimal.” (Inilah Dahlan Itulah Dahlan : 2012 : 140)

5.      Selain didukung oleh data-data yang relevan dan akurat, penulis juga menjelaskan mengenai beberapa istilah politik yang digunakannya. Penjelasan ini membuat pembaca semakin memahami maksud dan tujuan penulis. Pembuktian dalam buku “Inilah Dahlan Itulah Dahlan” yaitu sebagai berikut :
“Inilah yang penulis sebut sebagai politik haditsul ifki. Secara kebahasaan, haditsul ifki berarti berita yang najis, berita menjijika, atau berita bohong. Dalam khazanah keilmuan Islam, haditsu ifki sangat popular, khususnya dalam kitab-kitab hadist. Haditsul ifki merupakan salah satu ‘skandal politik’ terberat yang harus dihadapi Nabi Muhammad SAW di Madinah. Sebab, haditsul ifki dianggap melibatkan keluarga Nabi, yaitu Siti Aisyah, para sahabat, dan keluarga Madinah pada umumnya.” (IInilah Dahlan Itulah Dahlan : 2012 : 49-50)

6.      Terdapat penggunaan perumpaan yang dilakukan oleh salah satu penulis dalam mengemukakan pendapatnya mengenai sosok seorang Dahlan Iskan. Pembuktian penggunaan perumpamaan dalam buku “Inilah Dahlan Itulah Dahlan” yaitu sebagai berikut :
“Argo Bromo Anggrek dari Jakarta saat itu belum tiba di Stasiun Pasar Turi, Surabaya. Kabarnya, di Benowo lokomotifnya bermasalah, menunggu lokomotif pengganti. Namun, di ruas Juanda ke Sidoarjo dekat rel perlintasan Aloha, Limbuk sudah memergoki Mas Dahlan Iskan. ‘Hubungannya apa antara Argo Bromo Anggrek belum sampai Pasar Turi kemudian di tempat yang tidak ada hubungannya, Aloha, Limbuk bertemu dengan Pak Menteri?’ tanya panokawan Gareng ke adiknya, Bagong. ‘Ya, apakah semua di ala dunia ini harus punya hubungan? Contoh, aku kemarin ketinggalan mobil angguna di Bungur dan Joyoboyo tetapi Presiden SBY tidak ketinggalan mobil kepresidenan. Kalimat itu tidak ada hubungannya, tetapi sah-sah saja kan?” (Inilah Dahlan Itulah Dahlan : 2012 : 192-193)
7.      Tidak terdapat glosarium dalam buku Inilah Dahlan Itulah Dahlan. Padahal dalam beberapa bab terdapat banyak penggunaan istilah asing ataupun istilah khusus.
8.      Terdapat identitas dan penjelasan singkat tentang keseluruhan penulis dan penyusun buku Inilah Dahlan Itulah Dahlan. Penjelasan hanya sekedar menjelaskan status jabatann ataupun apa hubungannya dengan Dahlan Iskan.
9.      Terdapat quotes pada setiap halaman mengenai penekanan kata-kata penting yang mendeskripsikan sosok Dahlan Iskan.


F.     Penggunaan Bahasa
1.      Buku “Inilah Dahlan Itulah Dahlan” telah memenuhi kaidah-kaidah penulisan yang benar, baik dari penggunaan EYD maupun penggunaan tanda baca. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penulisan cetak miring untuk setiap istilah asing. Dengan bukti sebagai berikut :
“Memimpin BUMN yang saat ini berjumlah 141 perusahaan bukanlah perkara mudah. Sejumlah masalah masih melilit BUMN, khususnya mengenai penerapan tata kelola (good governance).” (Inilah Dahlan Itulah Dahlan : 2012 : 135)

2.      Tidak terdapat footnote atau catatan kaki untuk menjelaskan arti kata sulit/istilah asing. Misalnya terdapat banyak istilah asing seperti : force majeur, synchronizer & resource allocator , window dressing, moral hazard dan commercial paper. yang tidak diberikan penjelasan lebih rinci mengenai istilah tersebut. Dengan pembuktian sebagai berikut :

“Entah manajemen MNB menggunakan model manajemen yang mana. Mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dalam kelompok. Sikap window dressing yang dipaksakan tersebut adalah kejahatan korporasi. Cara-cara moral hazard berlangsung dan baru terbongkar saat diterbitkan commercial paper Rp. 1,2 triliun yang ternyata palsu. JORR-S kini, secara hukum, menjadi objek perbuatan pidana yang disebabkan MNB.” (Inilah Dahlan Itulah Dahlan : 2012 : 133-134)

Dalam pengertian pasar modal, akuntansi dan keuangan, window dressing diartikan sebagai suatu rekayasa akuntansi sebagai upaya menyajikan gambaran keuangan yang lebih baik daripada yang dapat dibenarkan menurut fakta dan akuntansi yang lazim. Sementara itu, moral hazard adalah perilaku seseorang saat resiko akibat tindakannya ditanggung oleh pihak lain, bukan dia sendiri. Sedangkan commercial paper pada dasarnya merupakan surat kesanggupan yang tidak disertai dengan jaminan, yang diterbitkan oleh perusahaan untuk mendapat dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang.

3.      Pada beberapa bab, pembahasan antara satu paragraf dengan paragraf lain tidak berkesinambungan sehingga menimbulkan kerancuan. Dengan pembuktian sebagai berikut :
“Sebagai mantan aktivis yang telah menjadi professional serta memiliki jejaring sangat luas, tentu Dahlan juga membaca cermat tanda-tanda zaman (zeitgeist) ini. Demo gratisasi dan reformasi politik serta hukum tidak dapat dielakkan. Desakan yang kuat dari arus bawah meletup dimana-mana.
      Kompleksitas krisis 1997-1998 memang luar biasa. Nilai tukar rupiah atas dolar AS yang terus jatuh justru membuat mereka yang berduit lebih suka membeli dolar daripada memegang rupiah. Harga semua barang kebutuhan yang digantungkan pada kurs terhadap dolar AS melambungn tinggi dalam rupiah. Dampak krisis juga memukul bisnis pers. Dahlan menunjukkan kepiawaiannya sebagai professional yang juga mantan aktivis. Dia melakukan penghematan sekaligus menccermati perkembangan krisis.” (Inilah Dahlan Itulah Dahlan : 2012 : 170)

G.    Evaluasi Akhir
1.      Keunggulan Buku
Beberapa keunggulan dari buku Inilah Dahlan Itulah Dahlan yaitu sebagai berikut :
a.       Pembahasan dalam setiap bab-nya sangat menarik. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan sudut pandang penulis dalam menilai sosok Dahlan Iskan.
b.      Narasumber di setiap bab pembahasan merupakan orang-orang yang sangat dekat dan berhubungan dengan Dahlan Iskan, misalnya Mahfud M.D dan Errols Jonathans. Sehingga informasi yang diuraikan narasumber mengenai bagaimana pandangannya terhadap Dahlan Iskan dapat dipercaya.
c.       Buku ini membahas secara lengkap sepak terjang seorang Dahlan Iskan yang tidak diberitakan oleh media selama ini.
d.      Dapat memotivasi pembacanya dengan membaca perjalanan hidup Dahlan Iskan serta mengetahui nilai-nilai luhur yang dimilikinya.
e.       Menambah khazanah pengetahuan pembaca tentang pemerintahan dan dunia politik.

2.      Kelemahan Buku
Beberapa keunggulan dari buku Inilah Dahlan Itulah Dahlan yaitu sebagai berikut :
a.       Penilaian mengenai sosok Dahlan Iskan yang diuraikan oleh narasumber rentan akan unsur subjektivitas.
b.      Gaya bahasa yang digunakan sulit untuk dimengerti dan terkadang menimbulkan kerancuan.
c.       Beberapa paragraf yang tidak berkesinambungan dapat menyebabkan pembaca menjadi bingung.
d.      Pemilihan kata yang kurang tepat dan keputusan tidak membuat footnote atau glosarium dapat menyebabkan pembaca tidak mengetahui maksud penulis.
e.       Perumpamaan yang dilakukan oleh penulis ada suatu bab kurang efisien. Dikarenakan tidak semua pembaca dapat menafsirkan secara benar maksud dan tujuan penulis.
f.       Pengulangan topik dan pembahasan sangat rentan membuat pembaca menjadi jenuh dan bosan.

3.      Manfaat untuk Pembaca
Dengan membaca buku Inilah Dahlan Itulah Dahlan, manfaat yang dapat diambil yaitu :
1.      Lebih memahami secara dalam tentang sosok Dahlan Iskan yang terkenal sebagai Bos Jawa Pos, Direktur Utama PLN dan pernah menjadi Menteri BUMN pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
2.      Pelajaran hidup dari perjalanan hidup yang pernah dialami oleh Dahlan Iskan.
3.      Meningkatkan motivasi diri dengan melihat perjuangan hidup Dahlan Iskan.
4.      Menyelesaikan masalah dengan melihat dari sudut pandang yang berbeda, seperti yang dilakukan oleh Dahlan Iskan dalam menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya.
5.      Dapat menjadikan Dahlan Iskan sebagai sosok tauladan karena terobosan dan pemikiran-pemikirannya yang sangat berpengaruh bagi kemaslahatan banyak orang.
6.      Dapat mengetahui bagaimana kriteria pemimpin yang ideal.
7.      Menambah pengetahuan tentang pemerintahan dan dunia politik.

H.    Kesimpulan
Dahlan Iskan lahir dari keularga yang sangat sederhana kini menjadi orag yang sangat berpengaruh di Indonesia. Semangat juangnya yang tinggi mengantarkannya pada kesuksesan memimpin Koran Jawa Pos, kemudian suksen memimpin PLN hingga terpilih menjadi Menteri BUMN pada masa pemerintahan Presiden SBY.

Buku Inilah Dahlan Itulah Dahlan yang disusun oleh Taufik Lamade dan Rohman Budijanto mnceritakan sepak terjang sosok Dahlan Iskan menurut sudut padang 34 penulis. Buku ini sangat patut diapresiasi. Buku ini merupakan bacaan ringan namun sangat “berisi”, mengupas secara lengkap dan jelas sosok Dahlan Iskan yang selama ini tidak pernah dipublikasikan oleh media. Hasil akhirnya adalah pembaca dapat mendapatkan manfaat dan banyak pelajaran hidup dari seorang sosok Dahlan Iskan.

lihat